Jumat, 18 Oktober 2013

Acara Talkshow "kata kita"

Pada hari Kamis tanggal 17-10-2013 lalu, saya datang ke sebuah acara talkshow “kata kita” di UNPAD bersama walikota Bandung Ridwan Kamil dan Direktur program Bandung Creative City Forum (BCCF) Galih Sedayu yang membahas tentang program “Bandung Juara” dan berbagai permasalahan kota Bandung. Acara tersebut dihadiri oleh berbagai komunitas dan juga dari berbagai lapisan masyarakat. Saya akan menceritakan sedikit mengenai acara tersebut.

Acara Talkshow "Kata Kita" bersama walikota Bandung Ridwan Kamil.

Dalam acara talkshow "kata kita" ini, walikota Bandung Ridwan Kamil mengatakan bahwa ada berbagai macam masalah yang ada di kota Bandung yang dapat diselesaikan apabila pemerintah kota dan seluruh lapisan masyarakat bekerja sama. Salah satu contohnya adalah mengatasi kemacetan dengan cara mengurangi penggunaan kendaraan pribadi seperti mobil. Selain itu, masalah yang paling utama yang harus diselesaikan oleh pemkot Bandung adalah masalah infrastruktur. Menurut walikota Bandung Ridwan Kamil, masalah infrastruktur seperti jalan raya sangat penting karena hal tersebut ibarat urat nadi. Kalau jalan raya banyak yang berlubang dan rusak, maka segala urusan mulai dari ekonomi, pendidikan, logistik, dan lain-lain akan tersendat dan sulit berkembang. Ibarat urat nadi yang tersendat di bagian tubuh kita, tentu akan terasa sakit dan menyebabkan pusing di kepala.

Berhubung saya adalah seorang pebisnis, saya juga merasakan hal yang dikatakan oleh walikota Bandung Ridwan kamil mengenai masalah Infrastruktur yang rusak. Yaitu, saya merasa bisnis yang saya jalankan begitu sulit berkembang dan waktu beserta biaya yang dikeluarkan tidak dapat berjalan dengan efisien. Sehingga pada akhirnya bisnis yang saya jalankan agak sedikit tersendat untuk berkembang dan membuat saya stress. Namun, begitulah sebagian masalah yang ada di kota Bandung. Saya juga berharap walikota Bandung Ridwan Kamil dapat mengatasi masalah-masalah di kota Bandung dengan berbagai macam solusinya yang sudah disiapkan. Semua lapisan masyarakat dan saya pribadi juga harus mendunkung dan dapat bekerja sama dengan walikota agar dapat tercapainya “Bandung Juara”. Walikota Bandung Ridwan Kamil juga mengatakan bahwa beliau telah bekerja sama dengan berbagai komunitas dan relawan agar tercapainya cita-cita “Bandung Juara”.

Rabu, 16 Oktober 2013

Ketika Untuk Pertama Kalinya: Bisnis!

Hanya ingin sekedar bercerita sedikit tentang wirausaha menurut pendapat pribadi saya dan saya juga ingin berbagi beberapa pengalaman.

Bisnis yang pertama kali saya jalankan adalah bisnis jasa fotografi. Ketika menjalankan bisnis tersebut, saya mendapatkan berbagai pengalaman. Salah satu contohnya adalah saat saya belajar negosiasi, presentasi, koordinasi, dan lain-lain. Bukan saja secara teknis, namun saya pun belajar bagaimana sikap mental kita sebagai seorang pebisnis. Menurut pendapat saya, yang paling utama dalam sebuah bisnis adalah sikap/mental dan selalu berpikir optimis. Jika seorang pebisnis memiliki mental yang lemah, maka akan sulit untuk sukses. Salah satu contoh kecil adalah ketika kita menawarkan sebuah barang dagangan, kemudian ditolak oleh pembeli. Kejadian tersebut adalah hal biasa dalam bisnis dan tidak perlu merasa kecewa, malu, dan perasaan negatif lainnya. Tidak sedikit orang-orang yang ketika memulai bisnis yang baru berjalan selama beberapa bulan, karena keuntungannya terasa sedikit atau bahkan merugi terus, akhirnya mereka berhenti dan menyerah. Yang lebih buruk lagi adalah berpikir pesimis seperti tidak berani mencoba atau belum juga mulai mencoba berbisnis, sudah mengatakan "tidak bisa" atau "takut gagal". Seorang pebisnis harus berpikir optimis, kreatif dan inovatif, sebab tanpa 3 hal tersebut, bisnis akan sulit berkembang. Selain itu, seorang pebisnis harus berani meninggalkan "zona nyaman". Salah satu zona nyaman tersebut adalah bekerja sebagai karyawan. Bayangkan, serendah-rendahnya gaji karyawan, mereka tidak memiliki kekhawatiran di awal bulan, meskipun gaji yang diterima sangat sedikit. Minimal 10-15 hari dari awal bulan, kebutuhan pokok masih dapat terpenuhi. Sedangkan para pebisnis berpikir: "hari ini saya harus makan". Kekhawatiran seperti itu kerap muncul setiap harinya bagi para pebisnis. Akan tetapi, hal tersebut hanya sementara. Jika bisnis sudah sukses, hal tersebut tidak terlalu dikhawatirkan. Sangat perlu dicatat bahwa, saat berbisnis itu harus fokus. Jika memang ingin serius, maka jangan menjadikan bisnis yang dijalankan itu adalah "sampingan". Tinggalkan pekerjaan yang lain dan terus fokus terhadap bisnis yang dijalankan. Selain itu, sebagai pebisnis juga harus berani menanggung resiko dan berani mengambil keputusan.

Sekiranya begitulah sebagian pengalaman saya ketika pertama kali memulai berbisnis. Pada Intinya adalah saat berbisnis/wirausaha jangan mudah menyerah, harus fokus, berani meninggalkan "zona nyaman" dan harus selalu belajar.

Kamis, 10 Oktober 2013

5 Centimeters Per Second (秒速5センチメートル Byōsoku Go Senchimētoru): Mengenang masa lalu :)


Kali ini, saya kembali menonton film anime karyanya Makoto Shinkai yang lain, judulnya 5 Centimeters Per Second (秒速5センチメートル Byōsoku Go Senchimētoru). Film ini juga adaptasi dari sebuh novel di Jepang. Film ini  yang hanya berdurasi 1 jam 2 menit, dirilis tahun 2007. Film ini bercerita tentang seorang anak laki-laki dan anak perempuan yang sering berpindah-pindah sekolah. Hingga pada akhirnya mereka berdua bertemu di sebuah sekolah dasar dan menjadi teman dekat, kemudian berpisah kembali ketika dewasa. Film ini terbagi menjadi 3 bagian.

Chapter 1: The Chosen Cherry Blossom



Pada Chapter 1 ini diceritakan tentang bagaimana Tohno Takaki dan Akari bertemu ketika masih sekolah SD. Mereka menjadi teman dekat karena memiliki banyak kesamaan dan hobi yang sama. Takaki sudah terbiasa sering berpindah-pindah sekolah dikarenakan pekerjaan orangtuanya yang juga sering berpindah-pindah kota. Dalam Chapter 1 ini, Takaki berpindah ke kota Tokyo. Satu tahun setelah Takaki pindah ke sekolah barunya, barulah Akari pindah dan masuk ke sekolah yang sama dengan takaki dan mereka berada di kelas yang sama. Hingga mereka lulus SD dan mulai masuk ke sebuah sekolah SMP. Namun, harapan Takaki dan Akari untuk masuk ke sekolah SMP yang sama pun gagal karena Akari harus ikut pindah bersama orang tuanya dari kota Tokyo ke kota Tochigi. Jarak kedua kota tersebut cukup jauh. Mereka masih saling tetap berkomunikasi melalui surat-menyurat dan yang lebih membuat kaget Akari adalah ketika mendengar Takaki akan pindah ke Kagoshima, di mana kota tersebut adalah kota yang letaknya sangat jauh dari Tokyo dan Tochigi. Perlu diketahui pula bahwa Tohno Takaki mulai jatuh cinta kepada Akari, namun Takaki tidak menyatakan cintanya, begitu juga dengan Akari. Pada awalnya Takaki hendak memberikan sebuah surat kepada Akari yang isinya tentang semua perasaan Takaki kepada Akari, namun nahas, surat yang dibawanya hilang terbawa angin ketika sedang dalam perjalanan menuju Tochigi ketika hendak bertemu dengan Akari. Di akhir chapter ini, Akari juga hendak memberikan surat yang isinya tentang semua perasaan Akari kepada Takaki, tetapi tidak jadi karena ragu.


(Kiri: Tohno Takaki ,Kanan: Akari. Ketika mereka masih SD)


(Perjalanan Takaki ketika sudah SMP, menuju Tochigi untuk bertemu Akari.)





(Takaki dan Akari sedang bertemu di Tochigi)

Chapter 2: Cousmonaut

Di Chapter 2 lebih banyak diceritakan tentang Tohno Takaki yang duduk di bangku sekolah SMA di kota Kagoshima. Di sekolah SMA tersebut, ada seorang gadis yang berteman dengan Takaki yang bernama Kanae. Gadis itu menyukai Tohno Takaki, tetapi Takaki menganggapnya teman biasa dan tidak pernah mengetahuinya bahwa Kanae menyukai Takaki karena Kanae sendiri pun tak pernah menyatakan cintanya kepada Takaki hingga pada akhirnya Kanae pun menyesal. Di dalam Chapter ini juga diceritakan Takaki dan Akari akhirnya berhenti surat menyurat. Takaki pun tidak begitu ingat tentang siapa yang yang pertama kali berhenti menulis surat. Entah apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi dan Takaki menduga bahwa mungkin dirinya telah kehabisan ide cerita untuk menulis surat yang akan dikirimakan kepada Akari hingga akhirnya ia berhenti menulis surat untuk Akari, sedangkan Akari mengira Takaki memiliki seorang kekasih di Kagoshima hingga akhirnya memutuskan untuk berhenti pula menulis surat untuk Takaki.

( Kanae Sumida )


( Beberapa adegan di Chapter 2: Cosmonaut )


Chapter 3: 5 Centimeters Per Second

Chapter ini menceritakan Kehidupan Takaki di kota Tokyo yang sudah dewasa dan sudah bekerja. Di masa Takaki yang dewasa ini sudah memiliki seorang kekasih, tetapi di dalam hatinya masih tersimpan perasaan lama yang memendam terhadap Akari. Dari hari ke hari perasaan Takaki sangat bimbang dan seolah-olah penuh dengan penyesalan bahwa saat dulu di Tochigi ketika bertemu Akari tidak menyatakan cintanya kepada Akari. Hal ini sempat sampai membuat Takaki depresi hingga berhenti bekerja untuk sementara untuk menenangkan diri. Takaki selalu berharap dirinya bertemu dengan Akari di setiap tempat di kota, entah itu di trotoar, di jalan raya, dan di stasiun-stasiun meskipun Takaki tahu bahwa Akari tidak mungkin berada di tempat-tempat seperti itu. Hingga pada Akhirnya Takaki dan Akari bertemu selintas di sebuah perlintasan kereta api namun tidak menegur. Di Chapter ini juga Akari telah bertunangan dengan lelaki lain yang dicintainya dan akan segera menikah.

( Atas: Takaki dewasa, Bawah: Akari dewasa )

( Takaki dan Akari tanpa dengan sengaja berpapasan. )

Begitulah sebagian ringkasan cerita dalam film  5 Centimeters Per Second (秒速5センチメートル Byōsoku Go Senchimētoru) ini. Film ini memang bad ending. Namun, banyak pelajaran juga yang dapat diambil dari film ini. Salah satunya adalah mengandung pelajaran agar bagaimana kita jangan terlalu terlarut dalam kesedihan. Kita memang tidak tahu kehidupan di masa mendatang seperti apa, namun yang dapat dilakukan adalah mengikuti alur kehidupan itu sebagaimana mestinya kehidupan berjalan. Jika menyukai seseorang, maka katakan saja dan jangan ragu agar tidak menyesal di kemudian hari. Jadi dalam hidup ini harus tetap Optimis meski tidak berjalan sesuai yang direncanakan. Begitulah pelajaran yang dapat diambil dari film ini menurut pendapat saya.

Bagi yang penasaran dengan film ini, mungkin bisa melihat trailernya di bawah ini:


Rabu, 09 Oktober 2013

The Garden of Words (言の葉の庭 Kotonoha no Niwa ): Galau sambil belajar... :)

Hari ini saya sedang ingin galau sambil belajar dari sebuah film yang berjudul The Garden of Words (言の葉の庭 Kotonoha no Niwa ) yang merupakan sebuah film anime Jepang karyanya Makoto Shinkai. Film ini adalah adaptasi dari sebuah novel yang cukup terkenal di Jepang. Film tersebut saya tonton bukan saja sekedar untuk hiburan, tetapi juga untuk belajar, baik secara teknis filmnya maupun konten dari film tersebut. Film ini hanya berdurasi  46 menit dan saya akan memaparkan secara ringkas isi dari cerita dalam film tersebut.


Sebut saja Takao Akizuki yang berusia 15 tahun. Ia seorang remaja laki-laki yang duduk di bangku kelas 1 SMA dan sangat antusias dengan sepatu handmade, bahkan suatu saat nanti dirinya berharap dapat menjadi seorang designer sepatu yang profesional. Setiap hujan mengguyur pada pagi hari, Takao selalu bolos sekolah. Entah mengapa ia berbuat demikian dan saat membolos itu Takao selalu pergi ke sebuah taman dan duduk di sebuah gazebo. Hingga suatu hari Takao bertemu dengan seorang wanita yang juga duduk di gazebo tersebut yang merupakan tempat yang biasa dipakai duduk oleh Takao.




Wanita itu bernama Yukari Yukino, berusia 27 Tahun. Yukino juga membolos kerja dan pergi ke taman dan duduk di taman tersebut saat hujan turun. Pertemuan Takao dan Yukino adalah suatu kebetulan yang tak disangka-sangka sama sekali. Namun Takao merasa dirinya pernah mengenalnya tetapi pada kenyataannya mereka memang belum pernah bertemu sama sekali.




Seiring dengan berjalannya waktu, Takao dan Yukino sering bertemu di taman itu sebagaimana kebiasaan mereka selalu membolos saat hujan turun. Kejadian tersebut membuat mereka menjadi saling mengenal, bahkan pada akhirnya Takao jatuh cinta kepada Yukino. Tak disanggka pula bahwa Yukino adalah seorang guru SMA yang mengajar murid kelas 3 di tempat Takao bersekolah.




Meskipun perbedaan umur mereka 12 tahun, hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi Takao untuk menyatakan cintanya kepada Yukino meskipun pada awalnya sempat ditolak. Tetapi sebenarnya Yukino juga memiliki perasaan yang sama kepada Takao.




Begitulah ringkasan cerita dari film The Garden of Words (言の葉の庭 Kotonoha no Niwa ). Yang membuat saya takjub dalam film ini adalah gaya visualnya yang luar biasa dan sangat memanjakan mata. Gaya ceritanya yang unik dan tidak mainstream. Bagi yang penarasan dengan film ini, mungkin bisa lihat trailer-nya di http://www.youtube.com/watch?v=udDIkl6z8X0 . Setelah saya amati film ini, saya mendapatkan pelajaran yang intinya adalah jangan terlalu terlarut dalam kesedihan dan jangan menyerah terhadap sesuatu yang sedang diperjuangkan.