Sabtu, 15 Juli 2017

Suka Duka Reseller dan Dropship bermain di Marketplace.


Sekedar pengalaman saat ini, saya mau bercerita tentang jual beli online di marketplace. Sadar Atau tidak, kita berpikir jika jual beli online adalah salah satu pekerjaan yang sepertinya terlihat mudah. Hanya bermodalkan gadget, lalu tinggal cari barang sana sini, lalu upload foto barang yang akan dijual, tinggal tunggu pembeli online. Mulai dari ada yang langsung bayar, tinggal kirim, sampai ada yang cash on delivery, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sebagai resller atau dropshipper kini akan cukup kesulitan jika bermain di marketplace, kecuali bila sudah punya "lapak sendiri".

Sebenarnya marketplace saat ini membunuh para reseller atau dropshipper dikarenakan para supllier ikutan pula bermain di marketplace. Hasilnya tentu para buyer yang belanja online di marketplace akan mencari harga termurah, hingga akhirnya dengan mudah pula menemukan supplier/grosiran dengan harga yang jauh lebih murah. Memang grosiran itu bermain kuantitas, jual murah tapi penjualan dengan jumlah yang banyak.

Saya punya sedikit pengalaman tentang menjadi reseller di marketplace. Suatu hari saya bertemu dengan seseorang yang bermain produksi kaos polos. Dia bermain dengan model kuantitas/grosiran. Setelah berbincang-bincang, akhirnya saya sepakat mencoba untuk mejual kaosnya dengan cara beli putus. Beli lusinan harganya Rp 25.000,-/pcs. Harga kaos satuan Rp. 35.000,-. Di pasaran, kaos polos itu biasanya harganya Rp. 35.000,-/pcs s/d Rp. 60.000,-/pcs, namun harga tersebut bisa berbeda-beda, tergantung kualitas dan merek. Harga di grosir pun tergantung kualitas dan merek. Suatu ketika saya mencoba berjualan online via bukalapak, tokopedia, dan sejenisnya. Setelah berjualan sekitar 3 bulan, haslinya nihil. setelah ditelusuri salah satu penyababnya adalah ternyata banyak supplier/grosiran yang jualan juga di marketplace tersebut dengan harga yang murah. dan memang sangat mudah ditemukan. Ya jelas jika seandainya saya menjadi buyer pun, saya akan lebih memilih membeli langsung dari supplier dengan harga yang lebih murah meski beli satuan. Belum lagi saat ini, orang-orang sudah mulai malas melihat konten produk. Ada foto produk yang keren dan artistik, biasanya langsung tertarik dan ingin membelinya. Banyak pula yang kualitas barangnya biasa-biasa saja, tetapi foto produknya yang keren, walaupun kadang pembeli ada saja yang selalu bandingkan harga termurah dengan jenis barang yang sama, tetap akhirnya kembali mencara harga termurah, yaitu di supplier yang jual satuan dengan harga yang jauh lebih miring. Seandainya Supplier tidak ikut bermain, tentu peluang reseller atau dropshipper masih besar.

Perlu diingat juga, setiap bisnis beda jenis barang, beda pula cara memasarkannya. Cerita di atas adalah pengalaman pribadi saya yang saat ini saya alami. Marketplace saat ini tidak seperti dulu lagi. Jika benar-benar ingin bermain di marketplace, kita harus produksi barang sendiri atau menjadi supplier. Namun masalahnya adalah butuh modal dalam bentuk uang dengan jumlah yang cukup banyak. Harus kreatif dan ulet agar kita mampu menjual barang yang kita produksi mengingat persaingan bisnis saat ini semakin ketat. Namun, kita tidak perlu khawatir. Rezeki itu sudah ada yang mengatur. Tinggal kitanya mau berdo'a dan berusaha dengan baik atau tidak.

Minggu, 23 Februari 2014

Tonari no Seki-kun (となりの関くん)

Entah mengapa mood saya untuk menulis sedang muncul setelah sekian lama tak menulis blog. Kali ini saya ingin menulis sebuah review anime komedi yang berjudul Tonari no Seki-kun (となりの関くん) karyanya Takuma Morishige. Anime komedi ini cukup menarik dan unik ceritanya. Tonari no Seki-kun (となりの関くん)  tidak mengikuti anime-anime komedi lain yang mainstream dan saya akan membahasnya secara singkat.

Cover Tonari no Seki-kun (となりの関くん) .


Rumi.

Seki-kun.

Beberapa adegan film Tonari no Seki-kun (となりの関くん).

Seki-Kun adalah seorang siswa SMA yang setiap hari suka bermain saat jam pelajaran di sekolah. Di kelasnya, teman di sebelah tempat duduk Seki-kun adalah Rumi. Rumi selalu kesal melihat tingkah laku Seki-kun yang selalu bermain dan melakukan sesuatu di meja kelasnya tanpa mengundang perhatian dari gurunya. Hal tersebut membuat Rumi tidak dapat berkonsentrasi dalam pelajaran. Seki-kun suka bermain dan melakukan hal-hal yang menurut Rumi adalah hal aneh. Mulai dari berbagai permainan sampai melakukan suatu pekerjaan profesi tertentu. Bahkan karena Seki-kun suka melakukan hal aneh tersebut, Rumi menjadi tertarik dan asik melihat Seki-kun bermain dan bahkan Rumi menjadi "geregetan" dan akhirnya ikut bermain dengan Seki-kun. Terkadang malah Rumi yang ditegur oleh guru di kelas ketika kepergok ada yang main-main di kelas saat jam pelajaran, sedangkan Seki-kun dengan cepat sembunyi tangan. Hal tersebut seolah-olah seperti Rumi yang tidak serius belajar di kelas saat jam pelajaran.

Kamis, 05 Desember 2013

Mengenali Diri Sendiri Di Masa Lalu ( Bagian 1)

Dulu, sewaktu saya masih berusia 9 tahun (kelas 4 SD), saya bercita-cita ingin menjadi pilot pesawat tempur. Namun karena saya sangat lemah dengan pelajaran matematika dan juga pelajaran-pelajaran lainnya, akhirnya saya mengurungkan niat tersebut. Dulu saya sangat tertarik dengan kendaraan pesawat terbang dan kereta api. Akhirnya saya mula belajar menggambar desain kereta api dan pesawat terbang walau gambarnya masih jelek. Di saat itu saya mulai menuangkan segala isi khayalan saya dengan cara menggambarnya di sebuah kertas. Sampai-sampai dulu saya sering mencoret-coret dengan gambar buku-buku pelajaran sekolah. Pada akhirnya saya mendapat nilai yang jelek, berprestasi buruk, dan dimarahi guru karena ulah saya itu. Entah mengapa dulu saya sangat senang menggambar, terutama menggambar desain-desain pesawat terbang dan kereta api. Dan di saat itu saya merasa aneh sendiri sebab dari sekian banyak teman-teman, hanya saya ada 2 orang teman saya juga yang suka menggambar khayalan-khayalan itu. Tetapi, saya menikmatinya atas kesenangan yang saya miliki. Dan saya tidak perduli dengan nilai jelek yang saya miliki, sebab saya dulu sempat berpikir dengan polos bahwa orang yang punya nilai bagus belum tentu akan hidup senang.

Ketika menginjak usia 12-15 Tahun saat saya duduk di bangku SMP, saya juga hampir merasakan hal yang sama. Saya seperti sadar bahwa saya memiliki perilaku yang agak sedikit berbeda dan agak aneh ketimbang teman-teman lainnya. Kebiasaan saya pun masih berlanjut dengan mencoret-coret buku pelajaran dan menggambar beberapa khayalan saya di kertas yang kosong walaupun gambar mulai terasa terlihat lebih baik. Di masa itu, saya sangat tertarik dengan dunia Formula 1. Saat itu saya punya tim F1 andalan yaitu tim F1 Jordan-Mugen Honda.  Saya juga memiliki seorang sahabat yang juga suka dengan Formula 1. Tim Andalannya adalah Mclaren-Mercedes dengan pembalapnya yaitu Mika Hakkinen.

F1 Jordan Mugen-Honda 198


(1999) F1 Jordan Mugen-Honda 199


(1999) Maclaren-Mercedes MP4-15

Selain tertarik dengan Formula 1, Saya juga masih tertarik dengan hal lain seperti salah satunya adalah dengan dunia kereta api. Dulu saya sempat mengoleksi mainan-mainan kereta api namun tak lama. Kereta api favorit saya adalah kereta api cepat Shinkansen Nozomi N500 (JR500). Mampu melesat dengan kecepatan 300 Km/h.


Shinkansen Nozomi N500 (JR500)


BERSAMBUNG...

Selasa, 26 November 2013

Kernel: Prologue Episode (Bagian 2)

Episode 2: Tetangga yang aneh...

Angin yang menghembus sepanjang perjalanan pulang ke rumah terasa begitu sejuk, namun tercampur dengan perasaan yang kelam dan takut. Tak dipungkiri lagi bila aku benar-benar kaget melihat kejadian hari ini yang menimpa pesawat mig-31 itu. Sesampainya di rumah, aku melihat petugas kantor pos yang sedang memasukkan sebuah surat ke dalam kotak surat di halaman depan rumahku. Aku berpikir bahwa surat itu hanya sebuah tagihan-tagihan seperti biasanya. Aku turun dari sepeda ku dan bergegas mnuju kotak surat itu. Ketika aku hendak mengambil surat itu, tiba-tiba ada suara seorang perempuan memanggil ku.

"Hei kau, anu... permisi..."
".... (aku menoleh ke kiri dan ke kanan, namun tak ada siapapun)..."
"permisi.., anuu.. aku dibelakang mu..."

Kemudian aku menoleh ke belakang dan aku melihat seorang perempuan berambut lurus yang panjangnya kurang lebih antara bahu dan lehernya, bertubuh kurus dan tinggi tubuhnya sekitar 157 Cm. sekiranya aku belum pernah melihatnya. Hal ini membuat ku bertanya-tanya. siapa dia? penghuni baru di depan rumah ku ini yang selama ini kosong?

"Maaf, aku membuat kaget.. hanya ingin sekedar menyapa orang di sekitar sini..." perempuan itu sambil tersenyum.
"Ah, tidak apa-apa... ku pikir suara siapa..."
"Anu, akuu.. penghuni baru di rumah ini. di sepanjang jalan ini hanya rumah ku dan rumahmu saja yang ada. Ku pikir tak ada yang tinggal di dekatku. Apakah itu rumah mu?"
"Ya, ini rumah ku... oh, jadi kau penghuni baru di sekitar sini? pantas saja aku tak pernah melihat mu..."
"Ah iya, anu.. nama ku Naichan. Panggil saja aku Nai... senang berkenalan denganmu..."
"Aku... panggil saja aku 'Einn... senang berkenalan denganmu...
"Aku beruntung memiliki seorang tetangga di sini, ku pikir aku akan tinggal sendirian di sini... di sini sangat sepi ya..."
"ya... karena ini hanya kota kecil berpenduduk sekitar 70.000 orang..."
"hmm, jumlah yang sangat sedikit dengan ukuran pulau yang cukup luas ini..."
"Dari mana kau berasal?"
"sebelum pindah kemari, aku tinggal di Jayakota, cukup jauh dari sini bukan?"
"itu sangat jauh... berarti kau berasal dari Federasi Asia Tenggara?"
"eh anuu, itu benar... Aku pindah kemari sebab tidak ada tempat lagi di sana untuk orang seperti ku..."
"Ah...itu... janganlah berpikir begitu... oh ya, maaf aku harus masuk ke rumah... sebentar lagi langit menjadi gelap... senang bisa mengobrol dengan tetangga baru...". Aku tersenyum mengakhiri pembicaraan ini.
"Baiklah, aku senang dan berharap kita bisa berbicara lebih banyak lagi..."

Ku buka pagar rumah ku dan aku menaruh sepeda ku dekat pintu masuk. Hari ini terasa lelah dan cukup terhibur oleh tetangga yang baru pindah tadi. Aku melihat-lihat ponsel ku mencari pesan yang masuk, kemudian aku membuka surat yang ku ambil dari kotak surat rumahku tadi. Untuk menghilangkan keheningan di rumah aku, aku menyalakan LED TV yang berada di ruang tengah. Kemudian aku duduk di kursi ruangan itu sambil membaca surat yang ku pegang.

Tatkala sedang membaca isi surat tersebut, aku memikirkan tentang tetangga baru itu. Menurutku, Nai sedikit terlihat aneh. Agak sedikit pemalu, gaya berbicara yang agak aneh dan gugup. Dia terlihat masih seperti siswi SMA. Apakah benar dia tinggal sendirian dengan kondisi seperti itu? Rumah yang ditempati gadis itu sudah 5 tahun dibiarkan kosong. Ketika aku sedang berpikir hal itu sambil memperhatikan TV yang menyala, muncul lah liputan berita di TV tentang kejadian pesawat MIG-31 itu. Berita itu menjelaskan bahwa, belum ada kepastian mengenai kejadian tersebut, namun tampaknya berita itu terdengar sangat menegangkan, seolah-olah seperti berita peperangan yang akan segera terjadi.

BERSAMBUNG...

Senin, 25 November 2013

Kernel: Prologue Episode (Bagian 1)

Episode 1: Prologue


Mig-31 Foxhound

Saat aku berjalan dengan sepeda yang ku pakai di bawah langit yang biru dan cerah terlihat sepanjang garis pantai. Melintas lah pesawat tempur militer jenis interceptor Mig-31 Foxhound, terbang di ketinggian cukup rendah dengan kecepatan sekitar 1,5 Mach. Suara mesin jet yang terdengar cukup memekik telinga, kaca-kaca di jendela rumah-rumah pun bergetar. Aku melihat kapal laut kelas destroyer dari garis pantai. Kapal itu berjalan mengarah menjauh dari pantai, seolah-olah mereka menghindari sesuatu.

Kapal perang menembakan rudal GTAM (Ground To Air Missile)

Pesawat Mig-31 itu kembali berputar dan menaikan ketinggiannya. Saat Mig-31 itu kembali melintas dengan ketinggian yang lebih tinggi dari sebelumnya, tiba-tiba terdengar seperti suara tembakan rudal dan terlihatlah percikan api yang cukup besar dari salah satu tabung kapal destroyer itu. Ternyata yang keluar dari tabung itu adalah sebuah rudal jenis GTAM (Ground To Air Missile). Aku berhenti sebentar dan turun dari sepeda, kutinggalkan sepeda itu di sisi jalan dan aku berlari ke arah pantai. Menyaksikan hal itu membuatku cukup terkesima namun penuh rasa takut dan tegang. Aku perhatikan rudal itu yang sedang mengejar Mig-31, dan..... "Booooomm".. Terlihat ledakan dan kepulan asap di langit biru yang cerah itu. Dan aku bertanya-tanya tentang apa yang sedang aku lihat tadi? apakah latihan militer? atau peperangan yang nyata? Kemudian aku kembali ke jalan, mengambil sepedaku, dan aku segera pulang ke rumah.


BERSAMBUNG...

Jumat, 22 November 2013

Fasilitas wi-fi di masjid hanya untuk hiburan?

Di kota Bandung sekarang ini, ada beberapa masjid yang dipasang jaringan wi-fi gratis. Namun, ada yang protes soal masjid yang memiliki fasilitas wi-fi dengan alasan wi-fi itu adalah sarana untuk hiburan, bukan ibadah. Tetapi rasanya sangat aneh bila fasilitas wi-fi itu disamakan dengan hiburan. Wi-fi adalah teknologi untuk berkomunikasi atau mencari informasi. Jangan lah berpikir sempit terhadap segala sesuatu. Tidak semua wi-fi bermakna "hiburan". Jaringan Internet itu bukan hiburan melainkan sarana untuk berkomunikasi dan mencari informasi. Wi-fi itu hanya salah satu fasilitas untuk berkomunikasi. Dengan kata lain, pemikiran wi-fi yang diartikan sebagai hiburan adalah sebuah pemikiran yang sempit. Fasilitas Wi-fi yang dipasang di beberapa titik di masjid pun diatur oleh DKM setempat agar digunakan untuk hal-hal yang positif seperti untuk belajar, mencari informasi yang bermanfaat, dan-lain-lain. Fasilitas wi-fi memang bisa digunakan untuk hiburan seperti untuk bermain game online. Jika ingin bermain game online, kita juga harus memperhatikan isi dari permainan tersebut agar tidak terjadi hal-hal yang negatif. Penggunaan fasilitas wi-fi ini bergantung pada tanggung jawab si pengguna itu sendiri. Jadi, janganlah langsung berpikir sempit atau negatif mengenai fasilitas wi-fi ini yang dipasang di beberapa masjid. Mungkin orang-orang tersebut belum mengerti apa teknologi wi-fi tersebut, sehingga mereka hanya mencari informasi tentang wi-fi tersebut dari sisi negatifnya saja. Padahal sisi positif dari adanya teknologi tersebut sangat banyak dan sangat bermanfaat. Pada intinya adalah kembali kepada diri sendiri agar teknologi wi-fi ini dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Minggu, 10 November 2013

Love is like a service business!

Belakangan ini saya sedang banyak berpikir soal nasib bisnis yang sedang saya jalankan. selama seminggu hal ini membuat saya sulit untuk tidur nyenyak. Entah ini mengarang cerita atau bukan, entah ini benar atau salah, yang jelas saya yang masih sebagai bisnis pemula ini hanya ingin bercerita berdasarkan pengalaman yang pernah saya alami tentang bisnis jasa.

"Love is like a service business." ("Cinta itu seperti bisnis jasa"). Berdasarkan pengalaman saya dapatkan saat dulu sedang menjalankan bisnis berbentuk jasa, modal utama yang paling dibutuhkan adalah modal kepercayaan. Status kepercayaan ini sangat penting posisinya bagi mereka yang menjalankan bisnis jasa. Sebab bila suatu bisnis jasa tidak memiliki kepercayaan dan keyakinan yang kuat terhadap produknya, maka bagaimana mungkin kita dapat dipercaya dan diyakini oleh seorang pelanggan agar produk jasa yang kita miliki dapat menyelesaikan masalahnya?

Jika berbicara hubungan percintaan, kebahagian, kasih sayang, dan lain-lain yang sejenisnya, produk yang digunakan pada umumnya adalah "cinta" dengan modal kepercayaan dan keyakinan terhadap produk tersebut. Bila kita tidak yakin dengan produk "cinta" yang kita miliki untuk "dijual" kepada seseorang yang membutuhkannya, maka bagaimana mungkin pelanggan akan percaya dan yakin dengan produk yang kita tawarkan untuk menyelesaikan masalah pelanggan? Maka dari itu, Cinta itu tidak butuh banyak berkata-kata, melainkan lebih membutuhkan aksi atau tindakan nyata serta percaya dan yakin bahwa produk "cinta" yang kita tawarkan dapat menyelesaikan masalahnya. Jika terjadi kegagalan, mungkin bisa jadi ada kesalahan dalam proses penawaran produknya terhadap seorang pelanggan. Tetapi jangan menyerah untuk kembali mencobanya dengan cara lain yang juga tentunya harus didukung dengan doa.

Intinya adalah: 

"Kita harus percaya dan yakin terhadap produk yang kita miliki agar para pelanggan produk juga percaya dan yakin terhadap produk kita agar produk yang kita miliki tersebut dapat diterima."

"Kita harus percaya dan yakin terhadap cinta yang kita miliki agar para pelanggan cinta juga percaya dan yakin terhadap cinta kita agar cinta yang kita miliki tersebut dapat diterima."